BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia selalu dihubungkan dengan morfem yang satu dengan yang lain. Proses inni disebut dengan proses morfologis. Peristiwa dalam pembentukan kata itu menimbulkan perubahan bentuk dan berpengaruh terhadap fungsi dan arti dari kata itu.
Berhubungan dengan fungsi morfologis dapat dibedakan atas : proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Bentuk turunan sebagai akibat dari proses morfolgis yang terdapat dalam bahasa indonesia.
Bahasa banjar ialah bahasa yang digunakan oleh suku banjar. Secara geografis suku ini pada mulanya mendiami hampir seluruh propinsi Kalimantan Selatan sekarang ini yang kemudian akibat perpindahan atau percampuran penduduk dan kebudayaan didalam proses waktu berabad-abad, maka suku banjar dan bahasa banjar tersebut meluas sampai ke daerah-daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Menurut Cense “Bahasa Banjar itu dipergunakan oleh penduduk sekitar Banjarmasin dan Hulu Sungai. Karena penyebab penduduk, bahasa Banjar sampai di Kutai dan tempat-tempat lain diKalimantan Timur”. Sedang Den Hamer melokalisasi bahasa Banjar itu, disamping daerah Banjarmasin dan Hulu sungai sampai pula ke daerah Pulau Laut (Kalimantan Tenggara) dan Sampit secara administratif pemerintahan termasuk Propinsi Kalimantan Tengah sekarang ini.
Mulai tahun sembilan puluhan Pemda Kalimantan Selatan telah memerintahkan penerapan kurikulum muatan lokal, yang untuk sementara terdiri dari pengajaran Bahasa Banjar, etika adat Banjar, dan keterampilan Bahasa Banjar ini diterapkan disejumlah Sekolah Dasar di Kabupaten Tanha Laut, sebgai langkah perintis, setelah sejumlah guru dan kepala sekolah SD diberi penataran tentang materi dan metode pengajaran. Sudah disusun khusus pengajaran Bahasa Banjar oleh subtim Pengajaran Bahasa Banjar.
Berdasarkan hasil evaluasi, guru dan siswa SD banyak mengalami hambatan dalam menerapkan Pengajaran Bahasa Banjar ini, antara lain yang dirasakan sangat penting adalah banyak kata-kata banjar yang tidak atau kurang dipahami bukan saja oleh siswa, bahkan oleh guru pengajar yang bersangkutan.
Berdasarkan gambaran diatas, peneliti menyusun sebuah karya tulis yang berkenaan dengan proses afiksasi dengan judul “PERBANDINGAN PREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA”. Untuk lebih jelasnya, akan peneliti uraikan pada bab berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat membuat rumusan masalah yaitu :
- Bagaimana perbandingan prefiks ber- dalam bahasa indonesia dengan prefiks ba- dalam bahasa Banjar.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan :
- Bentuk prefiks ber- dalam bahasa Indonesia
- Fungsi prefiks ber- dalam bahasa Indonesia
- Makna prefiks ber- dalam bahasa Indonesia
- Bentuk prefiks ba- dalam bahasa Banjar
- Fungsi Prefiks ba- dalam bahasa Banjar
- Mkna prefiks ba- dalam bahasa Banjar
- Perbandingan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia dengan ba dalam bahasa Banjar
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :
- Bahan dalam pengajaran dalam muatan lokal
- Inventarisasi bahasa daerah
BAB II
PERBANDINGAN PREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA
DENGAN PREFIKS BA- DALAM BAHASA BANJAR
2.1 Pengertian Prefiks
Prefiks artinya imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar contoh : awalan “ber-“ adalah ..... yang paling produktif dalam bahasa Indonesia (KBBI : 1996 : 787).
Prefiks mengandung arti imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar (KBBI : 1997 : 786).
2.2 Bentuk prefis ber- dalam bahasa indonesia
Bentuk prefiks ber- dalam bahasa indonesia dipengaruhi oleh fonem awal bentuk dasar kata yang mengikutinya. Hal ini dapat dilihat dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1992 : 91), yaitu :
1. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada bentuk dasar yang bermula dengan fonem /r/. Misalnya:
2. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada kata dasar yang suku kata pertamanya berakhiran dengan /ar/. Misalnya:
3. Prefiks ber- berubah menjadi bel- + jika dirangkaikan dengan kata ajar atau unjur. Misalnya :
2.3 Fungsi prefiks ber- dalam bahasa Indonesia
Prefiks ber- dalam bahasa Indonesia berfungsi membentuk verba, biasanya verba intransitif.
Contoh dalam kalimat :
- Berjemur buaya berjemur kalau matahari terbit
2. Berdiri peserta yang hadir berdiri ketika menyanyikan lagu kebangsaan
3. Ahmad Ahmad bertinju diatas ring.
2.4 Makna prefiks ber- dalam bahasa Indonesia
Menurut Ambary (19984 : 76) prefiks ber- mempunyai makna, yaitu:
- Menyatakan makna “mempunyai” sesuatu, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bernama ‘mempunyai nama’
Berambut ‘mempunyai rambut’
Berwajah ‘mempunyai wajah’
Contoh dalam kalimat :
Anak Pak Husin bernama Hasan.
Anak saya berambut lurus.
Gadis itu berwajah oval.
- Menyatakan makna “memakai, mengendarai”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bersepeda ‘memakai sepeda’
Bersepatu ‘memakai sepatu’
Berbaju ‘memakai baju’
Contoh dalam kalimat :
Andi pergi ke sekolah bersepeda
Ahmad bersepatu baru
Adik berbaju sendiri.
- Menyatakan makna “mengerjakan atau mengusahakan”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bersawah ‘mengerjakan sawah’
Berkebun ‘mengerjakan kebun’
Berternak ‘mengusahakan ternak’
Contoh dalam kalimat :
Petani desa rajin dalam bersawah.
Pemerintah menyarankan berkebun agrobisnis.
Pak Harun berternak sapi.
- Menyatakan makna “mengeluarkan atau menghasilkan”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bertelur ‘menghasilkan telur’
Berbunyi ‘mengeluarkan bunyi’
Bersuara ‘mengeluarkan suara’
Contoh dalam kalimat :
Ayam peliharaan ayah bertelur.
Sirena ambulan berbunyi.
Bayi yang baru lahir tidak bersuara.
- Menyatakan makna “melakukan” sesuatu, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Berjudi ‘melakukan judi’
Bekerja ‘melakukan kerja’
Berbelanja ‘melakukan belanja’
Contoh dalam kalimat
Ahmad berjudi di Hotel Arum.
Mahmud bekerja di pelabuhan.
Ibu berbelanja di pasar pagi.
- Menyatakan makna “berada dalam keadaan”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Berduka ‘dalam keadaan duka’
Bersedih ‘dalam keadaan sedih’
Bergembira ‘dalam keadaan gembira’
Berbahagia ‘dalam keadaan bahagia’
Contoh dalam kalimat :
Ali berduka setelah ditinggal ibunya.
Wati bersedih ketika ditinggal kekasihnya.
Nenek bergembira dengan kehadiran cucunya.
Pengantin baru itu berbahagia.
- Menyatakan makna “terkumpulan atau terjadi” dari, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bersatu ‘menjadi satu’
Bertiga ‘terkumpul tiga orang’
Berlima ‘terkumpul lima orang’
Contoh dalam kalimat :
Mari bersatu untuk kemajuan negara ini.
Polisi meringkus satu dari bertiga kawanan perampok itu.
Laki-laki yang berlima itu sangat akrab.
- Menyatakan makna “pekerjaan berbalasan (resiprok)”, sepeti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bertinju ‘saling meninju’
Berunding ‘saling runding’
Berdamai ‘saling damai’
Contoh dalam kalimat :
M. Ali bertinju dengan lawannya.
Anggota dewan berunding dengan wakil rakyat yang melakukan demo.
Pemerintah R.I dan GAM sepakat untuk berdamai.
- Mengandung makna “pekerjaan mengenai diri (refleks)”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bercermin ‘menggunakan cermin untuk diri sendiri’
Berdandan ‘mendadani diri’
Berhias ‘menghias diri’
Contoh dalam kalimat :
Ali bercermin untuk melihat kerapian pakaiannya.
Anak perempuan itu berdandan agar lebih cantik.
Ibu berhias sebelum pergi ke undangan.
- Mengandung makna “menunjukkan sudah di”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Berjahit ‘sudah dijahit’
Bertambal ‘sudah ditambal’
Contoh dalam kalimat :
Sarung yang baru dibeli berjahit.
Baju yang dipakai gepeng bertambal banyak.
- Mengandung makna “sebagai mata pencaharian”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Berdagang ‘mata pencaharian dagang’
Bertani ‘mata pencaharian sebagai tani’
Bertanam kopi ‘mata pencaharian tanam kopi’
Contoh dalam kalimat :
Ayah Mamat berdagang
Penduduk Indonesia sebagaian besar hidupnya bertani.
Masyarakat Sulawesi sebagian besar penduduknya bertanam kopi.
- Menyatakan makna “memanggil”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Berkakak ‘memanggil kakak’
Beribu ‘memanggil ibuu’
Beradik ‘memanggil adik’
Contoh dalam kalimat :
Anak kecil itu berkakak padaku.
Temanku beribu pada ibuku.
Orang tua itu beradik pada yang lebih tua.
2.5 Bentuk prefiks ba- dalam bahas Banjar
Bentuk prefiks ba- dalam bahasa Banjar dipengaruhi oleh bentuk dasar kata yang dilekatinya, apabila prefiks ba- lekatkan pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal (v), maka akan mendapat sisipan bunyi glotal (?) sebagai penghubungnya, sedangkan dengan kata yang berfonem awal konsonan tidak terdapat perubahan (Djantera : 1986 : 67).
Contoh :
Ba- + ading ba?ading
Ba- + uyah ba?uyah
Ba- + tapih batapih
Bal- + ajar balajar
Contoh penggunaan prefiks ba- dalam kalimat :
Udin ba?ading dua urang.
Gangan nang dipanci ba?uyah.
Mamaku batapih bakurung.
Adingku balajar bajalan.
2.6 Fungsi prefiks ba- dalam bahasa Banjar
Makna prefiks ba- dalam bahasa Banjar ada dua macam, yaitu : Bahasa Hulu dan Bahasa Banjar Kuala.
- Makna prefiks ba- dalam bahasa Banjar Hulu (Durdje Durasid : 1984 : 17)
a. Melakukan suatu perbuatan dengan sengaja, misalnya :
Bakunyung “berenang”
Bahuma “bertani”
Batanam banih “bercocok tanam”
Bailang “berkunjung”
Contoh dalam kalimat :
Amat harat banar bakunyung.
Gawiyan abahku bahuma.
Patani batanam banih di pahumaan.
Pangantin hanyar bailang ka rumah kami.
b. Mempunyai dan menyatakan intensitas, misalnya :
Bahalus “semakin kecil”
Balandap “semakin tajam”
Baganal “semakin besar”
Contoh dalam kalimat :
Pensil bahalus apabila diraut.
Balandap parang nangitu diasah.
Sain baganal ikam wayah hini
- Makna prefiks ba- dalam bahasa Banjar Kuala mempunyai dua makna menurut kawi (1986 : 23), yaitu :
a. “memakai, menggunakan, melakukan pekerjaan”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Basalawar ‘memakai celana’
Babaju ‘memakai baju’
Basapida ‘mamakai sepeda’
Bajalan ‘melakukan pekerjaan jalan’
Bagunting ‘melakukan pekerjaan bercukur’
Contoh dalam kalimat :
Adingku babaju hanyar Hari Raya.
Adingku nang halus sudah bisa basalawar saurangan.
Inya kada bisa basapida.
Abah bajalan ka pahumaan.
Ading bagunting putunagn tantara.
b. “melakukan tindakan menjadi”. Seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Batuyuk ‘menjadi bertumpuk’
Bahinip ‘menjadi diam’
Bakarubut ‘menjadi berkumpul’
Contoh dalam kalimat :
Batu nang batuyuk nangitu handak dijual.
Bahinip kakanakan nang giru.
Bakarubut inya guring lawan kakanya.
Pemakaian prefiks ba- dalam bahasa dalam bahasa Banjar diatas, baik dalam pemakaian bahasa Banjar Hulu maupun bahasa Banjar Kuala, maka pemakaian prefiks ba- secara umum mempunyai maknna sebagai berikut :
- Menyatakan makna “mempunyai atau mempunyai”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Barambut ‘mempunyai rambut’
Babatis ‘mempunyai kaki’
Baradiu ‘mempunyai radio’
Contoh dalam kalimat :
Babinian nangitu barambut ikal.
Lamari wayahini kada babatis.
Sidin baradiu hanyar.
- Menyatakan makna ‘memakai, mengendarai atau menaiki’, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Babaju ‘memakai baju’
Basapatu ‘memakai sepatu’
Basapida mutur ‘mengendarai motor’
Babica ‘menaiki becak’
Contoh dalam kalimat :
Adingku nang halus babaju saurangan.
Pamain sipak bula basapatu.
Pamuda wayahini gingsi kada basapida mutur.
Mamanya babica tulak ka pasar.
- Menyatakan makna “mengeluarkan atau menghasilkan”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bahintalo ‘menghasilkan telur’
Badarah ‘mengeluarkan darah’
Bagatah ‘mengeluarkan getah’
Babunyi ‘mengeluarkan bunyi’
Contoh dalam kalimat :
Hayam Pak Amat bahintalu.
Tangan nang kana parang badarah.
Puhun gatah nang diturih bagatah.
Dauh dipukul babunyi.
- Menyatakan makna “mengerjakanatau mengusahakan”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bahuma ‘mengerjakan sawah’
Bawarung ‘mengusahakan warung’
Badagang ‘mengusahakan dagang’
Contoh dalam kalimat :
Abah Ahmad bahuma.
Mama Aminah bawarung nasi.
Amir badagang iwak hidup.
- Menyatakan makna “menjadi”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bamanis ‘menjadi manis’
Bamasin ‘menjadi asin’
Bahirang ‘menjadi hitam’
Balamak ‘menjadi gemuk’
Contoh dalam kalimat :
Bamanis banyu nang hambar dibuati gula.
Musim kamarau banyu laut bamasin.
Bahirang awaknya wayahini.
Inya balamak salawas sugih.
- Menyatakan makna “berada dalam keadaan”, seperti yang tersebut pada bentuk dasr, misalnya :
Banyaman ‘dalam keadaan enak’
Basigar ‘dalam keadaan sehat’
Basadih ‘dalam keadaan sedih’
Babahagia ‘dalam keadaan bahagia’
Contoh dalam kalimat :
Banyaman wayahini baisi rumah saurang pang.
Udin sain basigar.
Inya basadih karana ditinggalakn pacarnya.
Babahagia pangantin hanyar pang.
- Menyatakan makna “kumpulan”, seperti yang tersebut pada bentuk dasat, misalnya :
Baduaan ‘kumpulan dua orang’
Batigaan ‘kumpulan tiga orang’
Baampatan ‘kumpulan empat orang’
Contoh dalam kalimat :
Baduaan tarus kamana haja.
Urang nang batigaan nangitu sakilinya maling.
Baampatan balajar kalumpuk.
- Menyatakan makna “perbuatan berbalasan (resiprok)”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Bahantaman ‘saling memukul’
Batinjuan ‘saling meninju’
Batulungan ‘saling tolong menolong’
Contoh dalam kalimat :
Urang nang bakalahi bahantaman.
Pamain tinju batinjuan.
Batulungan kabiasaan urang desa.
- Menyatakan makna “diberi”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Ba?uyah ‘diberi garam’
Bagula ‘diberi gula’
Ba?iwak ‘diberi ikan’
Contoh dalam kalimat :
Gangan nang dipiringi kada ba?uyah.
Banyu putih nang di cangkir bagula.
Kada ba?iwak inya banyak makan.
- Menyatakan makna “pekerjaan mengenai diri”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Batapas ‘mencuci’
Bamasak ‘mamasak’
Bakunyung ‘berenang’
Contoh dalam kalimat :
Inya batapas saurang
Mamat harat bamasak
Andi balajar bakunyung.
- Menyatakan makna “cara”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
Ba?isap ‘mengisap’
Bakunyah ‘mengunyah’
Bataguk ‘meneguk’
Contoh dalam kalimat :
Urang nang garing ba?isap minum.
Sapi bakunyah makan kumpai.
Minum ubat harus bataguk.
- Menyatakan makna “memanggil”, seperti yang tersebut pada bentuk dasar,
Misalnya :
Ba?abah ‘memanggil abah’
Ba?adik ‘memanggil adik’
Bamama ‘memanggil ibu’
Contoh dalam kalimat
Inya ba?abah lawan abahku.
Aku ba?ading lawan nang halus.
Mamat bamama lawan mamaku.
2.8 Perbandingan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia dengan prefiks ba- dalam bahasa Banjar
TABEL 1
PERBANDINGAN PREFIKS BER- dan PREFIKS BA-
DARI SEGI BENTUK
| PREFIKS BER- | PREFIKS BA- |
| | |
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa prefiks ber- dan prefiks ba- tidak ada perbedaan dalam penggunaannya kalau diimbuhkan dalam bentuk dasar.
Prefiks ber- akan berubah menjadi be- apabila diimbuhkan pada bentuk dasar yang bunyi pertama kata dasar dengan konsonan /r/ dan kata dasarnya tertutup dengan konsonan /ar/, sedangkan prefiks ba- akan berubah menjadi ba?- atau glotal, apabila diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan vokal /v/.
TABEL 2
PERBANDINGAN PREFIKS BER- dan PREFIKS BA-
DARI SEGI FUNGSI
| PREFIKS BER- | PREFIKS BA- |
| | |
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa fungsi prefiks ber- dan prefiks ba- sama-sama membentuk verba, yaitu verba intransitif.
TABEL
PERBANDINGAN PREFIKS BER- dan PREFIKS BA-
DARI SEGI MAKNA
| No | Makna | Prefiks ber- | Prefiks ba- | Arti |
| 1 2 3 4 5 6 | Mempunyai Memakai Menghasilakan / Mengeluarkan Mengerjakan / mengusahakan Melakukan Berada dalam keadaan | Bernama Berselimut Bertelor Bersawah Bekerja Bersedih | Banama Basalimut Bahintalo Bahuma Bagawi Basadih | Mempunyai nama Memakai selimut Menghasilkan telor Mengerjakan sawah Melakukan kerja Dalam keadaan sedih |
| No | Makna | Perfiks ber- | Prefiks ba- | Arti |
| 7 8 9 10 11 12 13 14 | Terkumpul Terjadi dari Pekerjaan berbalasan Pekerjaan mengenai diri Menunjukkan sudah di... Sebagai mata pencaharian Memanggil Menjadi Cara | Bersatu Bertinju Berhias Bercat Berdagang Berabang | Basatu Batinju Bahias Bacat Bajualan Bakakak Bamasin Ba?isap | Berkumpul menjadi satu Saling meninju Menghias diri sendiri Sudah dicat Mata pencaharian Dagang Memanggil abang Menjadi asin Mengisap |
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa prefiks ber- dengan prefiks ba- mempunyai makna yang berbeda bila diimbuhkan pada bentuk dasar, perbedaan tersebut prefiks ber- tidak ada mempunyai makna cara dan menjadi.
Sedangkan prefiks ba- tidak ada mempunyai makna melakukan dan sebagai mata pencaharian.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Penelitian
Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Kepustakaan, yaitu membaca buku-buku yang dianggap penting, dan ada hubungannya dengan masalah yang akan peneliti bahas.
2) Wawancara, yaitu tanya jawab langsung dengan sumber penelitian, seperti tokoh masyarakat maupun informal lainnya.
3.2 Teknik Pengolahan data
Teknik yang digunakan peneliti dalam mengolah data yang telah diperoleh dari informan, melalui penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data;
2) Mengklasifikasikan data;
3) Mendeskripsikan data; dan
4) Menganalisis data.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :
- Prefiks artinya imbuhan yang ditambah pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar.
- Bentuk prefiks ber- dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu : ber-, be-, dan bel- . Sedangkan bentuk prefiks ba- dalam bahasa banjar juga ada tiga macam, yaitu : ba-, ba?- , dan bal-
- Prefiks ber- dalam bahasa Indonesia mempunyai 12 macam makna, yaitu :
Mempunyai, memakai, menghasilkan / mengeluarkan, mengerjakan / mengusahakan, melakukan, berada dalam keadaan terkumpul / terjadi dan, pekerjaan berbalasan, pekerjaan mengenai diri, menunjukkan sudah di...., sebagai mata pencaharian dan memanggil. Sedangkan prefiks ba- dalam bahasa Banjar mempunyai 12 macam makna, yaitu : mempunyai / memiliki, memakai, mengeluarkan / menghasilkan, mengerjakan / mengusahakan, menjadi, berada dalam keadaan, perbuatan berbalasan, diberi, pekerjaan mengenai diri, cara dan memanggil.
4.2 Saran
1. Penelitian mengenai bahasa Daerah harus selalu dilanjutkan.
2. Hasil-hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai mata pembelajaran muatan lokal.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ambary, Abdullah. 1984. INTISARI TATA BAHASA INDONESIA
Djtmika, Bandung
DEPDIKBUD. 1996. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA
Balai Pustaka
DEPDIKBUD. 1997. TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA
Balai Pustaka, Jakarta.
Kawi, Djantera dkk, 1986. MORFOLOGI SINTAKSIS BAHASA BANJAR KUALA. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud
Hafiz, Abdul Jebar. 1997. KAMUS BANJAR INDONESIA
Banjarmasin, PT. Grafika Wangi Banjarmasin
Sutjaya, Alam dkk, 1997. MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
Depdikbud. Jakarta
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................
BAB II PERBANDINGAN PREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA DENGAN PREFIKS BA- DALAM BAHASA BANJAR.................................................................
2.1 Pengertian Prefiks.............................................................................................
2.2 Bentuk Prefiks ber- dalam bahasa Indonesia....................................................
2.3 Fungsi Prefiks ber- dalam bahasa Indonesia.....................................................
2.4 Makna Prefiks ber- dalam bahasa Indonesia....................................................
2.5 Bentuk Prefiks ber- dalam bahasa Banjar.........................................................
2.6 Fungsi Prefiks ber- dalam bahasa Banjar..........................................................
2.7 Makna Prefiks ber- dalam bahasa Banjar..........................................................
2.8 Perbandingan Prefiks ber- dalam bahasa Indonesia dengan Prefiks ba- dalam bahasa Banjar
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................
3.1 Sumber Penelitian.............................................................................................
3.2 Teknik Pengolahan Data..................................................................................
BAB IV PENUTUP................................................................................................
4.1 Kesimpulan........................................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penelitian dengan judul “Perbandingan Prefiks Ber- Dalam Bahasa Indonesia dengan Prefiks Ba- Dalam Bahasa Banjar” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penelitian ini disusun berdasarkan buku yang ada. Sebagai calon guru, calon pendidik kita harus memberikan pelajaran yang baik. Seorang guru selain memberikan ilmu Pengetahuan khusus, juga memberikan sumber-sumber ilmu yang relevan, semakin banyak pengetahuan yang didapat maka proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
- Ibu Rusma Noortyani, S.pd. M.pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
- Semua pihak yang telah menyumbangkan pemikiran hingga terselesaikan penelitian ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penyusun mengharapkan masukan dari berbagai pihak berupa kritikan dan saran yang nantinya akan membuat penelitian ini menuju kesempurnaan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan dunia pengajaran pada khususnya
Banjarmasin, 27 November 2010
Penyusun
PERBANDINGAN PREFIKS BER- DALAM BAHASA INDONESIA DENGAN PREFIKS BA- DALAM BAHASA BANJAR

Dosen Pembimbing
Rusma Noortyani, S.Pd, M.Pd
Di Susun Oleh :
Ibnu Ma’ruf A1B109233
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010